borneotopia.net - Senyum selalu menghias di wajah seluruh rakyat Binua Bantanan. Sang Raja memimpin kerajaannya dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan tenteram. Sayang, kesempurnaan sang Raja terasa kurang lengkap karena sang permaisuri telah tiada. Walaupun begitu, sang Raja masih memiliki tujuh orang putri yang cantik jelita. Di antara ketujuh putri Raja, hanya si Bungsu memiliki budi pekerti yang luhur. Tidak mengherankan apabila sang Raja lebih menyayangi si Bungsu.
Hal ini membuat keenam kakaknya iri hati kepada si Bungsu atas perlakuan istimewa dari sang Raja. Ketika sang Raja tidak berada di istana, Bungsu selalu mendapatkan perlakuan yang kejam dari keenam kakaknya. Si Bungsu yang malang itu tidak memiliki keberanian untuk melaporkan peristiwa yang menimpanya karena selalu mendapat ancaman dari keenam kakaknya.
Suatu hari, sang Raja pergi ke negeri tetangga untuk urusan kerajaan. Si Bungsu di beri kepercayaan oleh sang Raja untuk mengurus kerajaan, keputusan dan semua perintah dikendalikan penuh oleh Bungsu. Amanat yang di berikan sang Raja kepada si Bungsu membuat keenam kakaknya semakin iri hati dan kebenciannya semakin menjadi-jadi. Berbagai cara licik dilakukan keenam kakaknya untuk mengambil-alih kekuasaan kerajaan dari si Bungsu.
Seminggu setelah kepergian sang Raja, keenam kakaknya berniat untuk mencelakai si Bungsu dengan mengajaknya mencari ikan di Gua Batu. Saat mereka tiba di Gua Batu, si Bungsu disuruh masuk terlebih dahulu menyusuri lorong-lorong gua. Di dalam gua terdapat aliran-aliran sungai kecil yang banyak ikannya. Ketika sampai di tengah gua, si Bungsu ditinggalkan oleh keenam kakaknya.
Suasana gua yang gelap gulita membuat si Bungsu tersesat semakin jauh dan tidak menemukan jalan keluarnya. Tanpa disadari, si Bungsu sudah tujuh hari berada di dalam Gua Batu, ia hanya bisa menangis siang dan malam. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh menggelegar dan langit-langit gua seperti mau runtuh, si Bungsu semakin menangis ketakutan.
Beberapa saat kemudian, muncullah seorang kakek tua sakti tepat berada di hadapan si Bungsu. Sang kakek pun berkata “Sedang apa kamu di sini, Cucuku?” lalu si Bungsu pun menjawab “Hamba ditinggalkan oleh kakak - kakak hamba, Kek!”.
Sambil menangis, si Bungsu menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Tanpa disadari si Bungsu, dengan kesaktian yang di miliki sang kakek, tetesan air mata si Bungsu secara perlahan berubah menjadi telur-telur putih yang besar. Selang beberapa waktu kemudian, si Bungsu sangat terkejut karena tangannya mulai ditumbuhi bulu dan kemudian berubah menjadi sayap burung.
“Apa yang terjadi pada tanganku, Kek?” tanya si Bungsu.
'
“Aku menolongmu dari kesengsaraan ini. Kamu akan berubah menjadi seekor burung. Setelah aku hilang dari pandanganmu, eramilah telur-telur itu hingga menetas, mereka akan menjadi teman-temanmu.” ujar kakek tua itu.
Saat seluruh tubuh si Bungsu sudah ditumbuhi bulu-bulu yang indah, berkatalah kakek itu kepada si Bungsu “Cucuku, kini kamu telah menjelma menjadi seekor burung dan kamu akan ku beri nama Burung Ruai”.
“Kwek...kwek...kwek....!!!” jawab si Bungsu dengan suara burung.
Bersamaan dengan jawaban si Bungsu, kakek sakti itu menghilang. Si Bungsu pun segera mengerami telur-telurnya. Ketika telurnya menetas, burung-burung ruai tersebut pergi meninggalkan gua dan bertengger di atas pohon depan istana. Dari atas pohon tersebut, burung ruai jelmaan si Bungsu menyaksikan keenam kakaknya dihukum oleh sang Raja karena telah mencelakai dirinya.
Pesan Moral dari Cerita Rakyat Asal Usul Burung Ruai adalah orang yang memiliki sifat iri hati akan melakukan tindakan semena-mena terhadap orang lain. Orang yang memiliki sifat dan perilaku jahat terhadap orang lain akan menerima balasannya.
0 comments:
Posting Komentar